BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap
kehidupan manusia dimulai dengan persekutuan dua sel tunggal yaitu satu sel
telur (ovum) dan satu sel mani (sperma) yang membentuk satu sel tunggal yang
disebut zygote. Sesaat setelah zygote terbentuk, zygote tersebut segera
membelah diri dan berdiferensiasi dan selanjutnya bertumbuh menjadi manusia.
Dalam
pertumbuhan menjadi manusia, terdapat satu periode pertumbuhan dan perkembangan
janin yang didalamnya terdapat penghubung antara janin dan plasenta yang
disebut sebagai tali pusat.
Di dalam
tali pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua
buah arteri umbilikalis yang mempunyai fungsi masing-masing.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
definisi tali pusar?
2. Bagaimana
struktur tali pusar?
3. Apakah khasiat
tali pusar?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk menetahui:
1. Mengetahui
apa yang dimaksud tali pusar
2.
Mengetahui struktur tali pusar
3.
Mengetahui khasiat tali pusar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tali Pusar
Tali pusat
atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama
kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi
lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat
atau dijepit.
Letak
Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah
umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut.
Funiculus umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta.
Bentuk
Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah
plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
Ukuran pada
saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cm.
Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim
ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan
trimester pertama dan kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang
sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan
motorik janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat
terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin
atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada
saat persalinan.
2.2 Struktur Tali Pusar
Tali pusat
merupakan penghubung janin dan plasenta, panjangnya kira-kira 50 cm, berwarna
putih kuning dan tampak terpilih yang tidak sama tebalnya pada semua tempat. Di
dalam tali pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan
dua buah arteri umbilikalis.
Pembuluh-pembuluh
darah biasanya lebih panjang daripada tali pusat, sehingga berkelok-kelok dan
menimbulkan tonjolan pada permukaan tali pusat dan disebut simpul palsu.
Tali pusat
diliputi oleh amnion, yang sangat erat melekat, selain berisi arteri dan vena
umbilikalis tali pusat berisi pula zat seperti agar-agar yang disebut selei
Wharton.
Seperti kita
ketahui panjang rata-rata tali pusat adalah 50 cm. Hal ini cukup untuk
kelahiran bayi tanpa menarik plasenta. Tali pusat dianggap pendek jika kurang
dari 40 cm. tidak ada kesepakatan yang spesifik yang menggambarkan tali pusat
terlalu panjang, tapi ada kerugian dari tali pusat yang terlalu panjang adalah
dapat terjadi lilitan disekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan,
bahkan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh darah, khususnya pada saat
persalinan.
Insersi tali
pusat pada plasenta biasanya ditengah (insersio sentralis), di pinggir plasenta
(insersio marginalis) dan kadang-kadang pada plasenta, tetapi pada selaput
janin, disebut insertio velamentosa.
3.3 Khasiat Tali Pusar
Dari
zaman dahulu sudah tersebar mitos bahwa sisa tali pusat bayi yang dikeringkan,
bisa dipergunakan untuk mengobati pemiliknya bila sedang sakit parah. Keluarga
yang percaya pada mitos itu, sampai sekarang masih banyak yang mengeringkan dan
menyimpan sisa tali pusat anak-anak mereka. Saat anak sakit, tali pusat itu
direndam dengan air hangat, lalu air bekas rendamannya diminumkan pada anak.
Entah benar tali pusat kering itu yang mujarab atau tidak, tetapi nyatanya
anak-anak itu memang sembuh setelah minum air rendaman tali pusat mereka
sendiri.
Baru
1963, lewat penelitian kedokteran terungkap, yang bisa dipergunakan untuk
mengobati penyakit bukan tali pusatnya, tetapi darah yang diambil dari tali
pusat itu beberapa saat setelah bayi dilahirkan.
Darah tali pusat
(umbilical cord blood ) bisa digunakan untuk terapi, karena mengandung stem
cell (sel induk) yang mampu memproduksi sel-sel darah baru
seperti
sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Stem cell juga mampu
memperbaiki sistem kekebalan tubuh sampai menggantikan jaringan yang rusak.
Stem
cell merupakan sel yang belum terspesialisasi, namun mempunyai kemampuan
berkembang biak tanpa batas menjadi sel jenis lain. Kemampuan tersebut,
memungkinkan stem cell memperbaiki kerusakan tubuh dengan menyediakan sel-sel
baru untuk memperbaiki kelainan tersebut.
Sebenarnya,
stem cell bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu stem cell embrionik (embryonic
stem cell) dan stem cell dewasa ( haemopoietic stem cell). Darah tali pusat
termasuk stem cell dewasa. Selain dari darah tali pusat, stem cell dewasa bisa
didapat dari sumsum tulang dan darah tepi. Hanya saja, pengambilan stem cell
dari darah tali pusat lebih disukai, karena berisiko lebih kecil dan tidak
menyakiti penderita. Selain itu, stem cell dari darah tali pusat mempunyai
kemampuan proliferasi (pertumbuhan dan pertambahan sel) yang tinggi. Tingkat
kecocokan pencangkokan stem cell darah tali pusat juga lebih baik dibandingkan
dengan stem cell yang berasal dari sumsum tulang
Pengambilan
stem cell embrionik dilakukan dengan mengambil stem cell yang berasal dari
embrio (jabang bayi) yang sudah meninggal dunia, kebanyakan dari hasil aborsi.
Cara ini sudah tidak dilakukan lagi, karena banyak menimbulkan kontroversial
karena alasan etika.
Pencangkokan
darah tali pusat pertama kali dilakukan pada anak penderita anemia fanconi di
Paris 1988. Kelainan itu berupa penyakit keturunan yang menyerang sumsum tulang
belakang, sehingga menyebabkan penurunan produksi semua jenis sel darah. Dengan
pencangkokan stem cell ke tulang belakang, produksi sel-sel darah dapat normal
kembali. Keberhasilan pencangkokan itu memberi peluang baru dalam pemanfaatan
darah tali pusat yang sebelumnya tidak diketahui.
Menurut National Marrow
Donor Program (NMDP) USA, sampai saat ini stem cell yang terkandung di darah
tali pusat, sudah bisa mengobati 72 penyakit seperti kanker, kerusakan pada
sumsum tulang belakang, kelainan pada darah, dan penyakit yang berhubungan
dengan metabolisme tubuh. Selain itu, metode ini
sedang
diteliti kemampuannya untuk mengobati penyakit jantung, cedera pada tulang
belakang, stroke, lever, dan diabetes.
Metode
pengobatan ini dilakukan dengan mentransplantasikan stem cell ke organ yang
rusak. Sesuai sifatnya, stem cell akan berkembang menjadi sel baru sehingga
bisa memperbaiki jaringan yang sudah rusak tersebut. Banyaknya stem cell yang
ditransplantasi, disesuaikan dengan berat badan penderita. Setiap kilogram
berat badan dibutuhkan sekitar 15 juta – 20 juta stem cell.
Kelebihan
terapi dengan stem cell adalah mengurangi risiko penolakan oleh tubuh dan
menurunkan risiko penularan waktu terjadi pencangkokan.
Selain
itu, yang memanfaatkan stem cell tersebut tidak hanya pemiliknya, tetapi juga
bisa digunakan oleh saudara kandung dan orang tua, asalkan mempunyai kecocokan
dalam struktur gen dan golongan darah. Bila dimanfaatkan oleh saudara kandung,
tingkat kecocokannya mencapai 70%. Sedangkan bila digunakan orang tua ,
kecocokannya hanya 50%.
2.4
Cara Pengambilan dan Penyimpanan Tali Pusar
Bila
berminat menyimpan darah tali pusat anak di bank tali pusat, saat kehamilan
berlangsung sudah harus mendaftarkan diri ke bank tali pusat. Setelah
menandatangani kontrak, akan dibekali kit pengambilan darah yang berisi kantong
darah, tabung untuk menyimpan darah ibu, dan alat untuk mengambil darah. Kit
tersebut diserahkan kepada dokter kandungan yang membantu persalinan. Bank tali
pusat bisa dihubungi 24 jam. Mereka akan mengatur pengambilan, pengiriman, dan
pemrosesan darah tali pusat dengan segera.
Darah
tali pusat diambil tepat beberapa saat setelah proses kelahiran bayi. Tali
pusat yang terhubung dengan plasenta (ari-ari) diklem dan dipotong. Dokter akan
mengambil darah sekitar 22,5 ml dari tali pusat, kemudian disimpan dalam
kantong steril. Di dalam 22,5 ml darah yang diambil tersebut bisa didapat
sekitar 800 juta stem cell.
Setelah dikirim ke bank
tali pusat, proses selanjutnya adalah memeriksa terlebih dulu kondisi darah ibu
yang diambil bersama darah tali pusat. Bila sudah
tercemar
oleh bibit penyakit seperti AIDS, cytomegalovirus atau hepatitis, proses
penyimpanan darah tali pusat tidak dilanjutkan. Stem cell disimpan di ruang
pengawetan dalam tabung nitrogen cair yang bersuhu minus 196 derajat celcius di
cord blood bank (bank darah tali pusat).
Selama
penyimpanan di bank tali pusat, dilakukan pemantauan kondisi stem cell secara
perodik agar mutunya selalu terjaga. Penyimpanan bisa dilakukan selama pemilik
darah tali pusat menginginkannya. Dengan teknologi kedokteran yang canggih,
populasi stem cell di bank tali pusat bisa diperbanyak. Jadi, pemilik tidak
usah khawatir kehabisan stok stem cell.
Saat
ini, penyimpanan darah tali pusat sudah bisa dilakukan di Indonesia. Biaya
pengambilan darah, pemrosesan, dan penyimpanan untuk tahun pertama memakan
biaya Rp 9 juta. Sedangkan biaya penyimpanan per tahun berikutnya Rp 1,5 juta.
Pemanfaatan cord blood bank sama dengan asuransi kesehatan di masa depan,
karena bila sewaktu-waktu dibutuhkan, manfaatnya bisa diambil.
Konon,
dunia kedokteran masih jua belum bisa menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh
kelainan gen (keturunan), seperti leukemia. Bila mencermati kepustakaan yang
ada, bahkan sejak 1988 kalangan ahli telah berhasil menemukan metode pengobatan
yang dinilai sangat efektif, yakni dengan memanfaatkan sel induk (sel inti)
yang banyak terdapat pada darah di tali pusar (tali pusat).
Harus
diakui, dalam perkembangannya sampai saat ini, metode pengobatan tersebut
kurang populer. Soalnya, agar pengobatan bisa berhasil secara maksimal,
seyogyanya menggunakan sel induk yang berasal dari tali pusar si penderita ternyata
itu juga bukan perkara mudah. Nyaris tiada seorang pun di jagat ini yang
memiliki kebiasaan menyimpan tali pusarnya apalagi dalam keadaan masih segar.
Maklum, lazimnya, para
orang tua akan “membuang” tali pusar anaknya, beberapa saat setelah sang jabang
bayi dilahirkan. Padahal ada tawaran menarik yang dilayangkan sejumlah “bank”
sebagai solusi. Tentunya, bukan bank kebanyakan untuk menabung uang, melainkan
Cord Blood Bank (Bank Darah Tali Pusar) yang secara teknis mampu menyimpan sel induk
secara aman.
Terutama
bagi ibu-ibu yang melahirkan anaknya di era milenium, untuk setiap peminat,
tentu ada biayanya.
Sel
induk juga bisa didapat dari sumsum tulang belakang tetapi cara yang terakhir
ini memiliki resiko tinggi. Lagi pula, proses pengambilannya cenderung
menyakiti si penderita. Sementara, proses pengambilan sel induk dari tali
pusat, jauh lebih aman. Lazimnya dilakukan setelah bayi lahir. Tim
dokter-tentunya dengan peralatan khusus- akan segera mengambil darah (sekitar
22 cc) yang ada di tali pusat, kemudian disimpan dalam kantong yang steril. Di
dalam darah itu, bisa didapat sekitar 800 juta sel induk. Proses berikutnya
adalah memeriksa kondisi darah tersebut di laboratorium. Bila sudah tercemar
oleh bibit penyakit (seperti hepatitis atau AIDS), niscaya darah ini tidak bisa
disimpan. Sebaliknya, bila kondisinya teruji steril, dengan teknologi tertentu,
tim ahli akan memisahkan sel darah dan plasma darah, sehingga yang tersisa
tinggal cairan yang mengandung sel inti. Seluruh proses tersebut berlangsung
selama 48 jam, hingga cairan sel induk disimpan di ruang pengawetan yang
bersuhu minus 196 derajat celsius. Selama di tempat penyimpanan, pemantauan
secara periodik akan dilakukan untuk mengetahui perkembangan kondisi sel induk.
Memanfaatkan
jasa Cord Blood Bank, bisa dibilang, hampir serupa dengan program asuransi
kesehatan. Artinya, sewaktu-waktu bila dibutuhkan, khasiatnya bisa segera
dimanfaatkan. Berdasarkan pengalaman selama ini, metode pengobatan yang
memanfaatkan sel induk mampu menyembuhkan sekitar 88 jenis penyakit, seperti
kanker, kerusakan pada sumsum tulang belakang, kelainan pada darah, dan
penyakit yang berhubungan dengan kelainan metabolisme tubuh. Berikutnya, metode
ini tengah diuji keampuhannya untuk melawan penyakit stroke, liver, diabetes,
jantung dan cedera pada tulang belakang.
Hebatnya lagi, metode pengobatan ini tidak hanya manjur untuk mengobati penyakit yang diderita oleh pemiliknya, juga bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit yang diidap oleh saudara kandung dan kedua orang tua.
Tingkat efektivitasnya
pun lumayan tinggi. Bila digunakan oleh saudara kandung, misalnya, rasionya
bisa mencapai 75%. Sementara rasio bagi kedua orang tua mencapai 50%. Tentunya,
tingkat efektivitas itu bisa dicapai bila sel
Hebatnya lagi, metode pengobatan ini tidak hanya manjur untuk mengobati penyakit yang diderita oleh pemiliknya, juga bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit yang diidap oleh saudara kandung dan kedua orang tua.
induk
yang ditransplantasikan memiliki kecocokan golongan darah dan struktur gen.
Sejatinya,
metode pengobatan ini dilakukan dengan cara mentransplantasikan sel induk ke
organ yang rusak. Sesuai sifatnya, sel induk akan berkembang membentuk sel
baru. Seyogianya, transplantasi itu disesuaikan dengan berat badan si
penderita, idealnya setiap kilogram berat badan dibutuhkan sekitar 15 juta-20
juta sel induk. Contohnya, penderita yang berbobot 30 kilogram, sepatutnya
ditransplantasikan sel induk sebanyak 450 juta sel.
Persoalannya
sekarang, jika kerap digunakan, niscaya akan mengurangi, bahkan menghabiskan
deposit sel induk yang ada di Cord Blood Bank. Toh, yang tersimpan di sana
volumenya sangat terbatas. Kendati begitu, kita tak perlu cemas karena dengan
teknologi kedokteran mutakhir, ternyata populasi sel induk yang ada di bank
bisa ditingkatkan lebih banyak lagi.